Jangan Korbankan Agamamu Demi Tegaknya Sebuah Tradisi
Sebelum masuknya Islam di Sulawesi- Selatan, masyarakat mengenal aturan hidup yang disebut "Patturioloang",yang dibuat oleh pemimpin masyarakat yang disebut "Tumanurung".Salah satu isi patturioloang adalah kepercayaan dan ritual yang diajarkan oleh "Tumanurung" (tidak jelas sumbernya turun dari mana).
Islam masuk ke Sulawesi-Selatan pada Abad ke-17 oleh 3 orang wali dari Minangkabau, Abdul Makmur Chotib Tunggal, Chatib Sulaeman, dan Chatib Bungsu dengan membawa ajaran yang benar. Mulanya ketiga ulama ini mendakwahkan Islam secara murni, namun masyarakat dan pihak kerajaan menolak bila mengganggu kepercayaan dan ritual tradisi nenek moyang, apalagi waktu itu muncul pula wali putra asli yang berpaham sufi/tarekat yang lebih cenderung berpihak pada masyarakat akhirnya ada perjanjjian bahwa ketiga ulama itu boleh berdakwah asalkan jangan mengganggu kepercayaan dan ritual yang sudah mendarah daging.
Loading...
Pada masa Arungpone La Maddaremmeng (1625),dalam wilayah Kerajaan Bone diterapkan Islam secara murni, berhala-berhala, kepercayaan dan ritual tradisi dihapus oleh raja, yang membuat ibunda raja murka karena dianggap keras dan tidak, dan Raja Gowapun tidak setuju atas kebijakan raja menegakkan syariat Islam, sampai akhirnya Raja Gowa menyerang Bone tahun 1644,lalu Raja Bone ditahan di Gowa dan wafat di Bukaka.
Nah, sejarah memberitakukan kita bahwa masyarakat dan para bangsawan tidak sepenuh hati menerima Islam, tidak rela bila tradisi nenek moyang tergeser oleh ajaran Islam. Padahal, Islam masuk bukan untuk meniadakan tradisi tetapi untuk memperbaiki tradisi agar umat manusia tidak terseret pada kesesatan dan kesyirikan, yang akhirnya menderita kelak di akhirat.
Allah tidak memaksa kita untuk menerima ajaran-Nya, yang beriman maka berimanlah dan yang tidak beriman maka silahkan, karena di akhirat kelak kita akan tahu siapa yang bertuhan kepada Allah dan biasa yang bertuhan kepada nenek moyangnya.
Islam hanya menghendaki bahwa bila kita telah mengucapkan kalimat sahadat maka jujurlah dalam beragama, katakan "sami'na wa ato'na" terhadap ajaran Allah dan Rasulullah. Laksanakan Islam sesuai tuntunan Islam, kalau tidak demikian berarti kita tidak jujur atau munafik, karena mengaku Islam tetapi menolak ajaran Islam, mengaku mencintai Allah tetapi menolak syariat Allah, mengaku mencintai Nabi tetapi menolak sunnah Rasulullah.
Sesungguhnya Islam mengajak kita menggunakan akal dan hati kita, maka silahkan membuat atau melestarikan tradisi tetapi jangan kau korbankan agamamu, karena agama Islam adalah anugerah terbesar bagimu dan jalan keselamatanmu di akhirat. Tradisi itu cuma di dunia, sedangkan agama itu sampai ke akhirat, dan perbandingan hidup kita di akhirat dan dunia adalah 1 hari akhirat sama dengan 1.000 tahun di dunia.
Oleh karena, saya hanya menyampaikan dan mengajak, marilah kita melestarikan tradisi tanpa mengorbankan agama kita. Ada 3 tradisi yang merusak atau mengorbankan agama kita, yaitu:
- 1. Tradisi yang mengandung syirik, yaitu takhyul/khurafat dan ritual-ritual pemujaan kepada selain Allah, seperti pesta adat persembahan sesajen,sedekah laut, perdukunan, dan sebagainya. Syirik akan menghapus segala amal ibadah kita walau 1.000 kali berhaji (simak QS. As Zumar:65).
- 2. Tradisi yang mengandung bid'ah dan ini sangat menipu karena mirip sekali ibadah, karena di dalamnya dilakukan berbagai macam ibadah, cuma pelaksanaannya tidak mengikuti tuntunan Rasulullah. Bid'ah adalah amalan yang sia-sia, yang akan menyeret kita kepada kesesatan dan neraka (Simak HR. Muslim, Abu Dawud dan An Nasai).
- 3. Tradisi yang mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran adat, yang seperti ini menghasilkan dosa karena mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan (simak QS. Al Baqarah:42).
- Mari menjadi umat yang ahli ilmu sebelum menjadi ahli ibadah, karena setan lebih mudah manusia yang ahli ibadah darpada ahli ilmu.
Loading...
No comments